Bahasa
Indonesia turunan dari bahasa Melayu. Perkembangan bahasa Melayu setelah
menjadi bahasa Indonesia menjadi menarik untuk dijadikan bahan perbandingan
perkembangan bahasa Melayu setelah menjadi bahasa nasional negara Malaysia.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional negara Indonesia, tidak memiliki
saingan, meskipun banyak bahasa daerah diseluruh wilayah negaranya. Padahal
ketika bahasa Melayu disahkan sebagai bahasa nasional berhadapan dengan bahasa
Jawa yang lebih banyak digunakan penutur dan mempunyai sejarah sastra yang
lebih tinggi.
Namun,
bahasa indonesia mendapat pengaruh besar, terutama pada bahasa Jawa yang penuturnya adalah suku bangsa terbesar diIndonesia
dan bahasa Betawi atau Jakarta yang menjadi bahasa ibu kota negara. Pengaruh
bahasa Jawa dan Betawi menyebabkan semakin besarnya perbedaan antara bahasa
Indonesia dan bahasa Melayu. Jika perbedaan itu karena penjajahan (Indonesia
dijajah Belanda dan Malaysia dijajah Inggris) sehingga bahasa Indonesia banyak
terpengaruh oleh bahasa Belanda dan bahasa Malaysia banyak terpengaruh oleh
bahasa Inggris, maka perbedaan itu
karena besarnya pengaruh bahasa Jawa dan Betawi dalam bahasa Indonesia.
Di
sisi lain, pengaruh bahasa Belanda semakin berkurang dan pengaruh bahasa
Inggris semakin melesat ke bahasa Indonesia. Namun, bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional yang tidak memiliki saingan sehingga tidak perlu
mengkhawatirkan masa depannya. Hal itu karena bahasa Indonesia merupakan bahasa
yang mudah untuk dipelajari, sehingga bahasa Indonesia dianggap dengan
sendirinya dan telah dikuasai seluruh
warga Indonesia. Walaupun mereka sedikit sekali membaca buku, jarang sekali ada
orang yang merasa mereka perlu membuka kamus, karena mereka tidak merasa perlu
mempunyai kamus. Namun, perkembangan bahasa Melayu diwilayah nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa
persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia.
Di Indonesia masih banyak wilayah yang menggunakan bahasa
Melayu sebagai bahasa daerah, seperti Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Palembang, Kalimantan
dan beberapa wilayah diIndonesia. Namun, setiap daerah menggunakan bahasa
Melayu yang berbeda beda. Meskipun terdapat banyak orang Jawa yang menetap dilingkungan
yang berbahasa Melayu seperti di Riau, tapi mereka tidak lupa dengan bahasa ibu
mereka yaitu bahasa Jawa, mungkin hanya logatnya saja yang berubah. Seperti
contoh berikut: “Lho, di mane kau sekarang?, aku dewek bukan wong Kuala Enok,
tapi lah lame tinggal di sane,, kangen betol kalau pas musim durian dengan duku
kumpai,,, lah lame juge tak ke Kuala Enok,, tapi kate orang orang tu lah maju
ye sekarang?”, (versi bahasa daerah rumah saya), yang apabila di terjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia sebagai berikut: “Lho, dimana, kamu sekarang?,
sebenarnya saya sendiri bukan orang Kuala Enok, tapi saya pernah tinggal disana, kangen sekali ketika musim durian dan duku kumpai, sudah lama juga saya
tidak berkunjung ke Kuala Enok, tapi kata orang-orang sudah maju sekarang?”
Beberapa faktor yang menyebabkan bahasa Melayu di angkat
menjadi bahasa Indonesia:
- Bahasa Melayu, bahasa kebudayaan dan bahasa perhubungan
- Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah di pelajari dan tidak ada tingkatan bahasa
- Warga negara Indonesia mau menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
- Bahasa Melayu dapat dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti luas
- Bahasa Melayu merupakan bahasa perdagangan
Penggunaan bahasa Melayu sebelum kemerdekaan
1.
Penyebaran agama
Islam ke nusantara menggunakan bahasa Melayu sebagai sarana komunikasi
2.
Berdirinya Boedi
Utomo (1908) sebagai alat bertukar informasi dan komunikasi antara penggerak.
Pemerintah Belanda (1908) mendirikan Badan Commissie Voor de Volkslectuur
(Taman Bacaan Rakyat) atau sekarang di sebut Balai Pustaka (1917)
3.
Sumpah pemuda 28
Oktober 1928. Kongres Pemuda di Jakarta (1928) isi sumpah pemuda :
1.
Kami putra dan
putri Indonesia, mengaku berbangsa satu bangsa Indonesia.
2. Kami putra dan
putri Indonesia, mengaku bertanah air yang satu tanah air Indonesia.
3.
Kami putra dan
putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.
Kemampuan berbahasa nasional di kalangan elit bangsa
Indonesia kian menyedihkan. Pemerintah sendiri merasa cukup dengan mendirikan Pusat
Bahasa yang sepertinya kurang memperhatikan perkembangan bahasa dalam
masyarakat. Proses pembelajaran bahasa Indonesia disekolah pun kurang didukung
oleh perpustakaan sekolah yang kurang memadai, yang seharusnya isinya terutama
buku-buku karya sastra. Peserta didik perlu membaca agar dapat belajar
bagaimana menyusun kalimat yang baik, yang dalam masyarakat baik secara lisan
maupun tertulis dan media lainnya jarang di temui.
Bahasa
Melayu telah digunakan sebagai bahasa kebudayaan, yaitu sebagai bahasa yang
digunakan dalam buku-buku yang dapat digolongkan sebagai hasil sastra. Sistem aturan bahasa Melayu, baik kosakata,
tata bahasa, atau cara berbahasa,
mempunyai sistem yang lebih sederhana
sehingga mudah
dipelajari. Sementara itu, bahasa
Jawa atau bahasa
Sunda mempunyai sistem bahasa yang lebih rumit. Dalam kedua bahasa itu dikenal
aturan tingkat bahasa. Ada tingkat bahasa halus, sedang, kasar, bahkan sangat
kasar, dengan kosakata dan struktur yang berlainan.
Dengan demikian, dari
tahun ketahun, perbedaan antara bahasa Indonesia dengan bahasa negara tetangga
semakin besar. Bagaikan saudara yang diasuh di rumah berbeda, bukan tidak
mungkin kedua bahasa ini tidak saling mengenal lagi ketika sudah tua nanti.
Seperti kata pepatah “tanah di luar tidak ada yang lebih indah dari pada tanah
kita sendiri”.
Comments
Post a Comment