Struktur Leksikal Dalam Dongeng Gagak Cintraka

Dalam setiap bahasa, termasuk bahasa Indonesia, seringkali kita temui adanya hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa lainnya dengan kata atau satuan bahasa lainnya. Kata-kata di dalam sebuah bahasa sering kali memiliki hubungan bentuk secara kebetulan dengan kata lain, padahal masing-masing tidak memperlihatkan hubungan makna. Hubungan atau relasi kemaknaan ini mungkin menyangkut hal kesamaan makna (sinonimi), kebalikan makna (antonomi), kegandaan makna (polisemi), ketercakupan makna (hiponimi), dan kelainan makna (homonimi). Dari sekian banyak hubungan bentuk dan makna tersebut memiliki kedudukan di dalam semantik. 

Jika dihubungkan dengan makna, terdapat kata yang bertentangan maknanya, hal itu dibahas pada bagian antonimi. Selain itu, ada kata yang berhierarki yang maknanya masih saling berhubungan, hal itu dibahas pada bagian hiponimi. Selain kenyataan-kenyataan ini, dalam hubungan makna, ada bentuk yang sama tetapi maknanya berbeda; sementara ada kata yang bentuknya berbeda-beda tetapi maknanya sama, dan ada juga kata yang maknanya lebih dari satu. Hal-hal itu akan dibicarakan pada bagian yang disebut homonimi, sinonimi, dan polisemi. Hal ini pula yang mendasari kami untuk mengangkat bab tentang pengertian leksikal dan bagaimana struktur leksikal semantik dalam dongeng Gagak Cintraka. Dengan tujuan agar para pembaca dapat mengetahui pengertian leksikal secara jelas, serta mengetahui struktur-struktur dan contoh leksikal dengan baik dan benar agar nantinya dapat dipahami serta diterapkan dalam proses pembelajaran.

A.  Pengertian Leksikal
Semantik leksikal adalah cabang semantik yang menyelidiki makna unsur-unsur kosakata suatu bahasa secara umum sebagai satuan mandiri tanpa memandang posisinya dalam kalimat. Sebuah kamus merupakan contoh yang tepat untuk semantik leksikal; makna tiap kata diuraikan di situ (Pateda, 2010). Leksikal adalah makna dasar sebuah kata yang sesuai dengan kamus. Makna leksikal juga dapat disebut makna asli sebuah kata yang belum mengalami afiksasi proses penambahan imbuhan ataupun penggabungan dengan kata yang lain.
Leksikal adalah makna kata secara lepas tanpa kaitan dengan kata yang lainnya dalam sebuah struktur (frase, klausa atau kalimat). Menurut Abdul Chaer (2007: 17), kata leksikal  adalah bentuk adjektiva dari kata leksikon. Maka secara harfiah, makna leksikal berarti “makna yang bersifat leksikon”. Namun, yang dimaksud sebenarnya adalah makna secara inheren dimiliki oleh setiap leksem (sebagai satuan leksikon). Analisis leksikal adalah sebuah proses yang mendahului parsing sebuah rangkaian karakter. Ia menerima masukan serangkaian karakter (seperti dalam dokumen plain-text atau source code) dan menghasilkan deretan simbol yang masing-masing dinamakan token; proses parsing akan lebih mudah dilakukan bila inputnya sudah berupa token.
Analisis leksikal terdiri dari dua tahap. Tahap pertama ialah pemindaian (scanning); scanner biasanya dibuat berdasarkan prinsip Finite State Machine (mesin dengan jumlah keadaan terbatas). Pada tahap ini, scanner akan membaca input karakter ke karakter, mengubah keadaannya sendiri berdasarkan karakter yang tengah dibaca. Setiap kondisi final (input dianggap valid) akan dicatat, bersama dengan lokasi input. Pada akhirnya scanner akan menemui keadaan penolakan, yang tidak akan berubah dengan input karakter apapun. Deteksi rekursi semacam ini akan mengakhiri proses pemindaian dan memindahkan keadaan scanner ke keadaan final terakhir, dan karenanya menyimpan informasi jenis dan besar lexemevalid yang terpanjang di dalam input.
Analisis leksikal membuat pekerjaan membuat sebuah parser jadi lebih mudah; ketimbang membangun nama setiap fungsi dan variabel dari karakter-karakter yang menyusunnya, dengan analisis leksikal parser cukup hanya berurusan dengan sekumpulan token dan nilai sintaksis masing-masing. Terlepas dari efisiensi pemrograman yang dapat dicapai dengan penggunaannya, proses kerja analisis leksikal yang membaca lebih dari sekali setiap karakter dari input yang diberikan menjadikan penganalisa leksikal sebagai sub-sistem yang paling intensif melakukan komputasi, terutama bila digunakan dalam sebuah kompilator.

B.  Struktur Leksikal dan Contoh-Contohnya
Kata-kata biasanya mengandung komponen makna yang kompleks. Hal ini mengakibatkan adanya berbagai pertimbangan yang memperlihatkan kesamaan, pertentangan, tumpang tindih, dan sebagainya. Dalam hubungan ini para ahli semantik telah mengklasifikasikan perhubungan makna itu dalam berbagai kategori, seperti sinonimi, polisemi, hiponimi, antonimi, homonim. Berikut akan dijelaskan beberapa kategori yang penting dalam pembahasan semantik.
1.        Homonim
Istilah homonimi (=Inggris homonymy) berasal dari kata bahasa Yunani Kuno, Onama=nama dan homos=sama. Secara harafiah, homonimi bermakna nama sama untuk benda lain. Verhaar (1981:135) mengatakan, homonimi ialah “ungkapan (kata, atau frase atau kalimat) yang bentuknya sama dengan suatu ungkapan lain, tetapi dengan perbedaan makna di antara kedua ungkapan tersebut”. Contoh akan dijelaskan pada analisis dongeng.
2.        Sinonim
Istilah sinonim (=Inggris synonymy) berasal dari kata bahasa Yunani Kuno, onoma = nama dan syn = dengan. Makna harafiahnya, adalah nama lain untuk benda yang sama. Untuk mendefinisikan sinonimi ada 3 batasan yang dapat dikemukakan. Batasan itu, ialah :
a.       Leksem-leksem dengan acuan ekstra linguistik yang sama.
b.      Leksem-leksem yang mengandung makna yang sama.
c.       Leksem-leksem yang dapat disubstitusi dalam konteks yang sama.  
Menurut Verhaar, Sinonimi ialah “ungkapan (biasanya sebuah kata tetapi dapat pula beberapa fase atau malah kalimat) yang kurang lebih sama maknanya dengan suatu ungkapan yang lain”.
3.        Hiponim
Istilah hiponimi (Inggris hyponymy berasal dari kata Yunani Kuno, onoma=nama dan hypo= di bawah). Secara harafiah, hiponimi bermakna nama yang termasuk di bawah nama lain. Verhaar (1981:137) mengatakan,”hiponim (Inggris hyponymy) ialah ungkapan (kata, biasanya; kiranya dapat juga frase atau kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan lain”. Istilah hiponim dalam bahasa Indonesia bleh dipakai sebagai kata benda, boleh juga sebagai kata sifat.
4.             Antonim
Istilah antonym (=Ing.antonymy) berasal dari bahasa Yunani kuno, onoma ‘nama’ dan anti ‘melawan’. Makna harafiahnya, nama lain untuk benda yang lain. Verhaar (1981: 133) mengatakan bahwa ”antonim ialah ungkapan (biasanya kata, tetapi dapat juga frase atau kalimat) yang dianggap bermakna kebalikan dari ungkapan lain”. Secara mudah dapat dikatakan, antonim adalah leksem-leksem yang berlawanan maknanya.
Istilah antonim kadang-kadang dipertentangkan dengan istilah sinonim, tetapi status kedua istilah ini berbeda. Antonim biasanya teratur dan dapat diidentifikasi secara tepat. (Pateda, 1989: 84-85)
Verhaar (1981: 134) membedakan antonim berdasarkan sistemnya sbb :
a.         Antonim antar kalimat, misalnya dia sakit dan dia tidak sakit
b.         Antonim antar frase misalnya secara teratur dan secara tidak teratur
c.         Antonim antar kata, misalnya mudah dan sukar
d.        Antonim antar morfem, misalnya dalam bahasa Inggris terdapat leksem /thankful/ dan /thankless/.
5.        Polisemi
Palmer (1976: 65) mengatakan, ‘it is also the case that the same word may have a set of different meanings’, suatu leksem yang mengandung seperangkat makna yang berbeda, mengandung makna ganda. Simpson (1979: 179) mengatakan , “a word which has two (or more) related meanings”, sedangkan Zgusta (1971:  61) mengatakan, “the polysemy of a word means, then, all the possible senses the word has”. Dari pendapat-pendapat ini, dapat ditarik kesimpulan, polisemi adalah leksem yang mengandung makna ganda.

C. Contoh Dalam Dongeng Gagak Cintraka dan Penjelasan singkatnya
Latar belakang dan pembahasan diatas telah menjelaskan apa itu semantik dan struktur leksikal. Selanjutnya dibawah ini akan diberikan contoh secara langsung dengan cara mengambil contoh dari salah satu dongeng berbahasa Jawa.   
a.    Contoh Homonim
Awit tansah urip rukun, yen ana kewan galak kang arep padha ganggu, manuk-manuk mau padha bantu-binantu ngusir. 
b.   Contoh Sinonim
c.    Contoh Hiponim
Ing sawijining alas gedhe gung liwang-liwung kraton grombolane manuk gagak lan grombolane manuk merak.
Kalimat pertama paragraf 1. Kata manuk merupakan superordinat, sedangkan gagak dan merak merupakan hiponimnya. Hubungan gagak dan merak adalah ko-hiponim. 

 

 





d.   Contoh Antonim
-          “awake dhewe kudu salin panganggo! Wulune sing putih kudu diganti wulu liyane, yaiku wulu ireng.”
Kalimat pertama paragraf 29. Berdasarkan sistemnya kata putih dan hitam termasuk antonim antar kata.
-          Nanging, suwe-suwe, manuk gagak lan manuk merak padha pepoyokan.
-          “Rak, merak. Jogedmu kok mung kaya ngono bae. Ajeg. Aku bosen meruhi jogedmu!” ujare sawijining manuk gagak sinambi geguyon.
Kalimat pertama paragraf 2 dan 3. Berdasarkan sistemnya kata pepoyokan dan geguyon termasuk antonim antar kata. 
Jadi, leksikal adalah makna dasar sebuah kata yang sesuai dengan kamus. Makna dasar ini melekat pada kata dasar sebuah kata. Makna leksikal juga dapat disebut makna asli sebuah kata yang belum mengalami afiksasi proses penambahan imbuhan ataupun penggabungan dengan kata yang lain.
Relasi makna antar antarsatuan kosakata terdiri dari sinonimi (relasi kesamaan makna), antonimi (kebalikan makna), hiponimi (ketercakupan makna), homonimi (keberlainan makna), dan polisemi (kegandaan makna).

Daftar Pustaka
Aminuddin. 1988. Semantik. Malang: C.V.Sinar Baru.
Chaer, Abdul. 2007.  Leksikologi & Leksikografi indonesia. Jakarta. Rineka Cipta.
Pateda, Mansoer. 1989. Semantik Leksikal. Flores : Nusa Indah.
Prabowo, Dhanu Priyo. 1997. Putri Arum Dalu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Verhaar, J. W.  M. 1996. Asas-asas Linguistik umum. Yogyakarta :Gadjah Mada University press.

Comments