Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Deiksis adalah hal atau fungsi yang menunjukkan sesuatu yang diluar bahasa atau kata yang mengacu pada persona, waktu dan tempat suatu tuturan. Kali ini kita hanya akan membahas tentang deiksis waktu (temporal) yang terdapat dalam dongeng Putri Arum Dalu.
Deiksis
Waktu ialah pemberian bentuk pada rentang waktu seperti yang dimaksudkan
penutur dalam peristiwa bahasa. Waktu diungkapkan dalam bentuk ‘kala’ (Nababan,1987:41).
Deiksis waktu mengacu pada penggambaran waktu dan bersifat temporal. Leksem
waktu dikatakan deiksis apabila yang dijadikan patokan adalah penutur atau
pembicara. Leksem waktu dapat dengan sendirinya bersifat deiksis atau dapat
juga dibentuk dengan cara menggabungkan unsur-unsur lain pada leksem tersebut.
1. Jaman biyen
ana sawijining ratu kang seneng tumindak durangkara.
Jaman biyen: termasuk
deiksis waktu, karena tidak jelas kapan kejadian tersebut berlangsung.
2. Kawula
kang ora mbayar pajek turu iku kapidana kanthi ora oleh turu ing wanci bengi.
Wanci bengi: bukan
deiksis, karena perujukannya tetap, yaitu waktu ketika matahari telah terbenam
(penutur tidak menjadi patokan).
3. Ora gantalan suwe,
ratu Candhala bebarengan karo prajurit kang nembe tek iku lan sauntara prajurit
enggal nututi lakune Putri Arum Dalu.
Ora gantalan suwe:
termasuk deiksis, karena tidak dijelaskan berapa jangka waktunya.
4. Nalika
Putri Arum Dalu lan embane tekan ing sawijining desa ing perenging gunung,
dheweke pirsa ana sawijining prajurit lagi milara sawenehing kawula.
Nalika: termasuk
deiksis, karena tidak dijelaskan kapan waktunya (pagi, siang atau malam).
Daftar
Pustaka
Prabowo, Dhanu Priyo.
1997. Putri Arum Dalu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tarigan,
Henry Guntur. 2009. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Penerbit Angkasa.
Comments
Post a Comment