Fungsi pranata sosial (Jawa) adalah untuk
menjaga keutuhan dalam masyarakat yang bersangkutan, memberikan pedoman pada
anggota masyarakat untuk bertingkah laku atau bersikap, dan memberi pegangan
pada masyarakat untuk menandakan sistem pengendalian sosial agar hidupnya
mencapai kehidupan yang ayom ayem tentrem
bagya mulya nir ing sambekala lair trusing batin.
Dalam
kehidupan masyarakat Jawa terdapat tradisi yang disebut petung, tradisi ini digunakan sebagai pedoman untuk bertingkah laku
atau bersikap, dan memberi pegangan pada masyarakat untuk menandakan sisitem
pengendalian sosial agar hidupnya mencapai kehidupan yang ayom ayem tentrem bagya mulya nir ing sambekala lair trusing batin.
Sebagai
orang tua, mereka memiliki tugasyang tak jauh beda dengan ayam. Ada ungkapan bisa ngendhog kudu bisa netesake ‘mampu
bertelur harus bisa mampu pula menetaskan’. Maksud dari ungkapan tersebut
adalah orang tua yang memiliki anak, berarti mereka harus mampu menikahkan
anaknya hingga membentuk bale somah
(keluarga baru).
Orang
Jawa berpendapat bahwa perkawinan merupakan langkah strategis untuk ndawakken wiji sehingga keluarga menjadi
besar. Jika keluarga menjadi besar (nak
kemanak), maka segala tanggung jawab hidup diharapkan menadi lebih ringan.
Hal itu pula yang menyebabkan ada ungkapan ‘banyak anak banyak rejeki’, karena
anak akan membawa rejeki sendiri sehingga tak perlu dikhawatirkan. Bagi
masyarakat Jawa, keturunan merupakan prioritas dalam perkawinan. Selain itu ada
pula ungkapan mangan ora mangan kumpul,
maksudnya kekompakan dalam tugas dan bekerja, maka rejeki akan mudah dicari.
Dalam
memilih jodoh ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu bibit-bebet-bobot. Bibit berarti menimbang calon pendamping hidup, seperti keturunan
siapa, mengidap penyakit yang berbahaya atau tidak (misalnya; siphilis, mandul,
sakit gula), dan lain sebagainya. Bobot
berarti menimbang tingkat pendidikan, pangkat, dan derajat. Bebet berarti menimbang sifat, watak,
dan tingkah laku. Menurut Gericke en Roorda, bibit-bobot-bebet terdiri dari kata bibit yang berarti benih; bobot
berarti darah, keturunan, dan silsilah; bebet
berarti kekayaan, harta, tingkat sosial-ekonomi, kepangkatan, dan kecendikiaan
(Rochkyatmo, 1999: 63).
Tujuan
utama memilih jodoh adalah harapan terhadap nasib pasangan. Jika pasangan yang
diharapkan tepat, maka nasib keluarga baru yang terbentuk akan bernasib baik.
Nasib baik dimunculkan dengan adanya kabegjan
‘kebahagiaan’, dan ketentraman hidup. Setelah didapatkan calon pasangan yang bobot, bibit dan bebetnya baik,
bahkan mendekati sempurna, ada satu hal esensial yang perlu dipertimbangkan,
sebelum melangkah lebih jauh, yaitu menghitung hari, pasaran, tanggal, bulan
dan tahun kelahiran masing-masing calon pasangan. Peranan laki-laki sebagai
kepala keluarga sangant penting, karena laki-laki sebagai tulang punggung
keluarga sebagai yang mencari nafkah.
Daftar Pustaka
Endraswara,
Suwardi. 2013. Seksologi Jawa. Yogyakarta:WedatamaWidya Sastra.
Hadiatmaja Sarjana
dan Kuswa Endah. 2009. Pranata Sosial
Dalam Masyarakat Jawa. Yogyakarta: Grafika Indah.
Sukanto,
Soerjono. 2004, Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Comments
Post a Comment