Bersih Desa

Beda daerah beda nama tapi intinya sama, Bersih Desa kadang ada yang menyebutnya Merti Desa, Rasulan, Nyadran dan masih banyak lagi. Hari ini kita akan bahas sekilas tentang Bersih Desa. 
Bersih desa merupakan salah satu upacara adat Jawa yang diselenggarakan setelah para petani panen padi. Hal ini dimaksudkan untuk mengungkapkan rasa syukur karena tanaman padi telah berhasil dipanen dan telah menghasilkan panenan yang memuaskan. Disamping itu, bersih desa juga merupakan penghormatan terhadap para leluhur yang telah meninggal dunia dan mendo’akan agar dosa-dosanya diampuni oleh Tuhan, serta agar yang di tinggalkan selalu mendapatkan keselamatan, murah rejeki dan mudah sandang pangan serta agar desa terhindar dari bala bencana.
Bagi masyarakat jawa, kegiatan tahunan yang bernama bersih desan ini merupakan ungkapan refleksi sosial keagamaan. Hal ini dilakukan dalam rangka menziarahi makam para leluhur yang pelaksanaannya dilakukan secara kolektif. Ritual ini dipahami sebagai bentuk pelestarian warisan tradisi dan budaya nenek moyang. Bersih desa merupakan salah satu praktik sosio-religius orang Jawa sebagai bentuk perjamuan kerukunan sosio-religius yang diikuti oleh warga desa tersebut. Selain itu, bersih desa merupakan suatu usaha menyatu dengan gerakan kosmos alam; yakni untuk mencapai hidup yang selaras dan harmonis dengan siklus alam. Bersih desa bagi kebanyakan orang Jawa telah menjadi tradisi atau adat istiadat yang turun-temurun dan mengakar dalam masyarakat Jawa.
Dalam bersih desa tersebut, rakyat memohon kepada Tuhan agar mereka selalu memperoleh perlindungan dan dihindarkan dari bencana. Upacara ini dilaksanakan secara meriah yang disertai dengan berbagai pertunjukan seperti reog, tarian rakyat, sandiwara, wayang kulit, atau pun berbagai kegiatan oleh raga. Perayaan ini telah ada selama berabad-abad dan merupakan suatu warisan leluhur yang terus terpelihara hingga saat ini sekalipun terjadi berbagai perkembangan dan  perubahan.
Seperti desa-desa di Jawa Tengah pada umumnya, ada kepercayaan terhadap roh-roh penjaga, setan, mahluk halus, dan suatu kekuatan supra-natural. Suatu sikap hormat kepada roh-roh pelindung yang memberikan perasaan sejahtera merupakan fokus dari upacara bersih desa. Sumur, mata air, maupun pohon beringin yang keramat menjadi tempat ritual pada zaman dahulu. Tempat-tempat ini dipercayai sebagai tempat tinggal roh-roh pelindung (dhanyang). Sebagaimana kebanyakan berita tentang bersih desa, di sini mahluk-mahluk halus yag menjaga desa disebut-sebut dalam posisi marginal dibanding Tuhan yang merupakan fokus pusat dari rasa terimakasih untuk kemakmuran yang diespreksikan dalam istilah-istilah perlambangan melalui pembuatan makanan-makanan ritual meski sedang mengalami bencana kekeringan yang meluas.
Namun, praktik kuno tersebut kemudian dipengaruhi oleh Islam-Jawa yang merasuk dalam segala aspek kehidupan. Perayaan ini berpedoman pada penanggalan rembulan Islam-Jawa yang memiliki banyak keragaman dan terkesan idiosinkretik. Penyelenggaraan tersebut seperti halnya sura (menjadi perayaan suran), menjadi waktu suci yang mana terdapat banyak pantangan terutama dalam bertingkah laku di tempat-tempat tertentu yang dianggap suci maupun keramat. Bersih desa yang ditujukkan untuk membangun kembali hubungan dengan dunia roh, terutama roh penunggu atau penjaga desa atau biasa disebut dhanyang, dengan demikian, seperti peristiwa pasca panen sering dipandang sebagai bersih desa walaupun sering disebut dengan istilah suran. Demikian juga seperti upacara-upacara Suran, peristiwa-peristiwa desa yang dilaksanakan di bulan ruwah juga sering dipandang sebagai bersih desa.
1.    Tujuan dan Manfaat Bersih Desa
a.       Sebagai perwujudan syukur kepada Tuhan yang telah memberikan hasil panen yang melimpah
b.      Sebagai wujud ungkapan terimakasih kepada Dewi Sri yang telah menjaga tanaman-tanaman pertanian sehingga terhindar dari hama 
c.       Untuk menjaga keselamatan para warga desa dari gangguan hal-hal gaib seperti roh atau arwah yang masih gentayangan
d.      Agar terhindar dari gangguan-gangguan penyakit,keamanan dan bencana
e.       Untuk sarana membersihkan desa dan warganya dari musibah atau kesengsaraan agar desa tersebut menjadi aman dan tentram.
2.      Persiapan dan Prosesi Bersih Desa
Masyarakat berkumpul pada lokasi dhanyang di pagi hari; suatu bersih desa formal di balai desa siangnya; dan pergelaran wayang kulit semalam suntuk. Sekitar pukul 07.00, penduduk berada di lokasi dhanyang, misalnya sumur besar yang didekatnya terdapat pohon asam yang besar, sangat mencekam. Disana mereka membersihkan sumur dan daerah disekitarnya. Menjelang pukul 09.00 pagi, tikar-tikar telah digelar dihalaman dekat sumur untuk menyelenggarakan bersih desa. Dihidangkan berbagai jenis makanan (sajen). Diselubungi kepulan asap dupa yang tebal, doa dibacakan meminta restu dari dhanyang untuk Desa dan penduduknya serta negara Indonesia.

Setelah doa selesai dilanjutkan dengan makan bersama dimana terjadi suatu ritual berebut makanan. Pada sore harinya, beberapa sesepuh berpakaian formal mendekati sumur sambil membawa beberapa tokoh wayang kulit yang akan dipakai pergelaran malam harinya. Tenggelam dalam kepulan asap dupa, mereka meminta restu dhanyang, membungkukan badan mereka dengan takzim ke arah sumur. Dimulai dari sumur, arak-arakan bergerak memutari desa searah jarum jam melalui lorong-lorong dan menyeberangi jalan-jalan besar di kota. Acara tersebut seperti karnaval peringatan tujuh belas Agustus. Pada pukul tujuh malam, bersih desa resmi diselenggarakan dibalai desa yang dilanjutkan dengan pergelaran wayang kulit semalam suntuk.

Comments