1. 1. Identitas
Cerkak:
-
Judul : Walate Si
Jabang Bayi
-
No, tanggal, bulan, tahun : 768. Sabtu Kliwon, 10 Oktober 1987
-
Pengarang : MG. Widhy Pratiwi
2. 2. Sinopsis
singkat
Widodo tidak dapat
menerima anaknya yang terlahir cacat. Akhirnya Santi memutuskan untuk mengurus
anaknya seorang diri. Namun Widodo tetap tidak bisa menerimanya, karena ia malu
kepada tetangga, teman-teman kantornya jika mereka menjenguk istrinya yang baru
melahirkan dan ternyata anak mereka cacat. Widodo merasa menyesal, kenapa
dia tidak membunuh anaknya itu ketika masih merah, hingga pikiran buruk
merasuki dirinya untuk membunuh anaknya itu. Tapi ia tak tega, karena ia takut
jika rumah tangganya hancur, dan ia sangat mencintai istrinya.
Namun pikiran buruk itu
tetap menghantuinya, sehingga dimantapkannya
niat untuk membunuh anak itu. Kemudian Widodo mendekati box anak itu setelah
itu mengambil bantal didekat box itu lalu ditutupnya wajah anak itu dengan
bantal hingga anak itu menangis dengan kencang. Mendengar anaknya menangis
Santi datang dan Widodo bergegas lari kedapur. Kemudian Santi menyuruh Widodo
untuk membuatkan anaknya susu, lalu Widodo bergegas membuatkan susu untuk
anaknya, namun pikiran jahat itu kembali merasuki nya, Widodo pergi ke gudang
dan menuang serbuk putih dengan tangan yang gemetar, ia memberikan susunya pada
Santi.
Kemudian Widodo
berangkat kekantor, dalam perjalanan ia tak tenang, dikantor pun ia merasa tak
tenang, karena teringat keadaan dirumah. Sehingga pada pukul 10 siang ia
dipanggil untuk pulang, namun tidak diberi alasan kenapa dia dipanggil untuk
pulang, dan widodo pun tak ingin tahu kenapa dia disuruh pulang. Dalam
perjalanan menuju kerumah, ia merasa sedikit cemas bagaimana dia menghadapi ibu
dan istrinya. Namun setiba dirumah, bukan tangis istrinya yang didengar
melainkan anaknya, Widodo lebih kaget lagi ketika mengetahui yang ditutupi
jarit adalah istrinya Santi. Widodo gemetar dan bingung. Widodo menangis dan
merangkul ibunya yang kebingungan. “oalah le, piye iki. Mau olehmu nggawekake
susu kakehan karo Santi diombe separo, nanging ooohh Wid, piye iki??” cerita
ibu Widodo. Widodo merasa lemas, hatinya hancur, kemudian Widodo memeluk erat
anaknya dan menangis. Ia menyesal dan merasa malu atas perlakuannya dulu yang
senang melakukan perbuatan nista sehingga imbasnya terkena kepada anaknya.
33. Tema :
penyesalan selalu datang
diakhir.
44 Konflik :
Widodo tidak bisa menerima kenyataan bahwa anaknya terlahir cacat.
55. Alur : Maju
mundur
66. Penokohan
-
Tokoh
utama : Widodo
-
Tokoh
pendamping : Santi dan Ibu
77. Watak
tokoh
-
Tokoh
antagonis : Widodo (tidak bisa
menerima anaknya, ingin membunuh anaknya)
-
Tokoh
protagonis: Santi (selalu sabar menghadapi suami yang tidak dapat menerima
anaknya, selalu mengalah terhadap suami)
88. Latar
-
Tempat :
1.
Rumah sakit, buktinya: Tekan Rumah Sakit maneh Widodo goleki sustere sing mau.
2. Kamar rumah, buktinya: Nalika esuk kuwi udane
nggrejih lan Widodo during mangkat makarya, dheweke niliki box-e anake maneh.
3.
Kantor: Neng kantor mesthi wae atine Widodo ora jenak.
-
Waktu :
1. Pagi,
buktinya: Nalika esuk kuwi udane nggrejih lan Widodo during mangkat
makarya, dheweke niliki box-e anake
maneh.
2. Pukul 10
siang, buktinya: Temenan, jam sepuluh awan ana jujulan yen Widodo diaturi
kondur.
9. Kaitan
judul dengan isi :
sebagai titik tolak konflik dalam kehidupan tokoh dalam cerita.
10. Segi tingkat sosial : menengah, widodo hanya
sebagai karyawan kantor.
Comments
Post a Comment